Rabu, Maret 17, 2010

JANGAN MENYERAH SEMUT IRENG

Sebelumnya saya sudah mengenal Mas Iwan "Semut Ireng" sejak main Gokart di era 80an, tetapi lebih dekatnya lagi perkenalan saya sewaktu Mas Iwan membantu acara saya di Mudik salah satu operator GSM beberapa tahun yang lalu.

Pria yang tanpa pamrih dan ringan tangan ini selalu tersenyum meskipun dikejar-kejar pekerjaan, dan tentunya acara tersebut sukses berkat tangan dingin mas Iwan sehingga saya berhasil mengumpulkan 250 peserta dari komunitas mobil di Jakarta dengan disuguhkannya Buka Puasa sambil Gokart Gratis di Kelapa Gading.

Mas Iwan sudah merasakan sakit sewaktu persiapan Start acara Mudik tersebut, meskipun begitu ia tak pernah merasa kalah oleh penyakitnya bahkan sampai acara tersebut dimulai mas Iwan masih sibuk mengatur kendaraan peserta.

Sedih setelah sebulan dari acara tersebut dikabarkan Mas Iwan dirawat di RS Tebet dan baru setelah itu saya mendengar bahwa mas Iwan divonis Kanker Pankreas, memang julukan Semut Ireng pantas untuknya, tidak pernah kata menyerah meskipun badan sudah semakin kurus.

Hanya tulisan ini saja yang saya dapat menyemangati Mas Iwan untuk JANGAN MENYERAH...
mudah-mudahan sifat Semut Ireng dapat menular kepada kita semua tuk pantang menyerah...........

Berikut saduran dari artikel yang dimuat di Koran Tempo, Minggu, 7 Maret 2010, yang ditulis oleh Yon Moeis.

Sungguh luar biasa perjuangan Irawan Soepardjo untuk kembali ke dunia gokart. Kanker pankreas stadium 3b yang menggerogoti tubuhnya sejak November 2007 terbukti tidak bisa menghalanginya untuk kembali ke dunia yang telah membesarkan namanya itu. "Saya sudah kembali, saya segera sembuh," katanya.

Minggu lalu, saya melihat Iwan "Semut Ireng"--demikian Irawan lebih dikenal--di Sirkuit Sentul International Karting, Citeureup, saat mesin-mesin gokart kembali menyalak dan meraung-raung seperti yang terjadi pada awal 1980-an, ketika arena balapan single seater ini ramai digelar di mana-mana.

Iwan, 57 tahun, telah kembali dan memang dia tak bisa pergi jauh dari sana. Di tengah-tengah raungan mesin gokart, yang terdengar mirip suara mesin pemotong rumput, itu, saya melihat Iwan yang sesungguhnya: gagah, bersahabat, dan tidak gampang goyah. Kecintaan Iwan terhadap dunia yang ia geluti sejak 1981 itu kini ia tuangkan dengan tekad "membesarkan" Rafasadia Salmun dan Keanon Santoso.

Sebagai manajer, Iwan ingin dua atlet gokart yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar ini kelak seperti dirinya. Atlet gokart yang sportif, profesional, tidak cengeng, dan berani, seperti keberanian yang kini ia miliki untuk bangkit dari penyakit yang telah membuat hidupnya berantakan.

Rabu lalu, di kedai kopi di Point Square, Lebak Bulus, saya bertemu dengan Iwan setelah kami tidak bertemu selama tujuh tahun. Dia langsung bercerita tentang penderitaan yang ia alami setelah dokter mengatakan kanker telah bersarang di tubuhnya. Dia menggambarkan betapa dia harus menahan rasa sakit di bagian perut dan juga dadanya. Saya melihat Iwan menahan air mata.

Dia melukiskan berat badannya yang turun hingga 48 kilogram. Dia mengaku tak sanggup lagi membawa tubuhnya yang mengecil itu. Hanya untuk berbaring, dia membutuhkan bantuan istri dan anak-anaknya. Iwan yang dulu perkasa di atas gokart telah menjadi manusia tak berdaya.

Saya menyesal tidak bertemu dia waktu itu. Namun, kata Iwan, jika bertemu pun, saya pasti tidak akan mengenalinya. Tubuhnya kurus dan melengkung. Sekalipun sudah dipapah, dia harus menyeret badannya, yang membuat ujung jari-jari kakinya berdarah terkena aspal.

Iwan diyakini banyak orang tidak akan bisa bertahan. Namun lelaki empat anak ini seketika berontak dan tidak bisa menerima doa orang-orang yang ia cintai untuk melepasnya pergi. Dia tak ingin cepat pergi. Dia ingin bertahan. Dia tak ingin menjadi orang yang kalah. Saya menduga, saat itu Iwan mendengar raungan mesin gokart, yang membuat dia tak mau menyerah.

Iwan yang mencoba bangkit itu ternyata bisa kembali roboh. Dia goyah dan limbung ketika mendengar aktor Patrick Swayze meninggal pada 15 September 2009 di Los Angeles dalam usia 57 tahun. Lawan main Demi Moore dalam film Ghost itu pergi setelah mengidap penyakit kanker pankreas, setelah hanya mampu bertahan selama 20 bulan. Waktu itu, Iwan sudah bertahan 24 bulan.

"Saya tak kuasa menahan emosi. Dia (Patrick Swayze) adalah tokoh panutan saya untuk memberitakan tentang kesembuhan saya dari kanker pankreas ini," tulis Iwan dalam akun Facebook-nya.

Kini Iwan sedang dalam penyembuhan yang memang dia sangat ingin sembuh total. Jika ini kesempatan kedua, kata Iwan, kesempatan ini akan dia manfaatkan sebaik mungkin. Hidup Iwan pun sudah teratur. Kewajiban yang pernah dia tinggalkan kini dikerjakan dengan sempurna. Dia sholat malam dan terus memohon kesembuhan kepada-NYA. Pagi hari dia “bercengkerama” dengan bunga anggrek di halaman rumahnya. Dia juga sedang menyusun buku tentang kanker pankreas.

Iwan "Semut Ireng"--lahir di Surabaya, 14 Januari 1953--adalah atlet gokart nasional yang ikut memassalkan gokart pada awal 1980-an, yang sekaligus menjadi awal kegiatan olahraga otomotif di Tanah Air. Waktu itu, nama-nama yang menghiasi arena balap gokart di antaranya Ricardo Gelael, Hutomo Mandala Putra, Beng Siswanto, Chepot Hani Wiano, dan Adiguna Sutowo.

Dia memakai nama samaran Iwan "Semut Ireng" lantaran calon mertuanya tidak suka dia menjadi pembalap. Dia sempat bekerja di Shell Indonesia dan membuka usaha di Bali. Pada 2002, Iwan berencana menjelajahi Jakarta-Bali dengan gokart kesayangannya. Tapi obsesi itu belum juga terwujud hingga penyakit yang menakutkan itu bersarang di tubuhnya.

"Iwan 'Semut Ireng' is come back. Saya akan segera sembuh," katanya.


www.interallyers.blogspot.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Sedih setelah sebulan dari acara tersebut dikabarkan Mas Iwan dirawat di RS Tebet dan baru setelah itu saya mendengar bahwa mas Iwan divonis Kanker Pankreas, memang julukan Semut Ireng pantas untuknya, tidak pernah kata menyerah meskipun badan sudah semakin kurus.
black cotton twill
white cotton twill fabric